Sedihnya Istri yang Menyaksikan Suaminya Sekarat alasannya adalah HIV-AIDS

Sedihnya Istri yang
"Maaf, hasil tes darahnya wajib saya beritahukan pada bapak langsung secara empat mata."Kataku pada istri si bapak yang baru 8 bulan dinikahinya. Si bapak  usia 30 an akhir & si istri usia 20 an akhir.

"Biar istri saya ikut mendengarkan dok. Sejak menikah kami berjanji tidak main misteri-rahasiaan."Kata si bapak bareng susah payah tersengal-sengal sesak karena infeksi parunya.

"Baiklah pak. Kesediaan bapak tolong ditandatangani di status pasien."Si bapak pun menandatangani, lalu kutuliskan di sana bahwa beliau bersedia istrinya mengetahui hasil laboratorium status HIV/AIDS nya.

"Positif..."Dan selanjutnya aku menaruh panjang lebar ihwal penyakit ini yang dapat saudara-saudara klik di google.

Si istri sebentar pucat, namun akhirnya pasrah.

"Dia memang masa lalunya bandel dok. Gonta-ganti wanita, gunakan narkoba, itu tatto di badannya ada dimana-mana. Tetapi aku memilih mencintainya & berusaha mengubahnya. Setelah beliau berubah kelakuannya, kami pun setuju menikah. Itu sudah keputusanku & inilah jodohku. Kalau memang beliau punya penyakit itu, itu sudah bagian hidupku."Kira-kira begitulah kata-kata si istri waktu berkonsultasi di praktek (karena tidak mau didengar si suami di kamar perawatan) yang bikin terharu.

Untuk lebih meyakinkan hati, aku sarankan beliau memeriksa darahnya & syukurlah hasilnya negatif. Si istri tidak tertular HIV untuk waktu ini, tetapi permanen disarankan makan obat anti virus 1 bulan, lalu periksa darah lagi 1 bulan kemudian, lalu tiga bulan lagi sesudahnya. Bila tiga kali berturut-turut hasil tes darahnya negatif, maka si istri bisa dipastikan tidak terinfeksi HIV.

"Saya bisa hamil tidak, dok?"Tanya si istri.

"Wah, kalau suami mak bisa melewati masa kritis ini & sembuh pneumonianya, mungkin bisa berhubungan badan bareng resiko mak bisa terinfeksi virus ini. Kalau tidak mau terinfeksi, wajib gunakan kondom & resikonya susah hamil."Kataku.

"Saya permanen ingin punya anak menurut suami saya.Mudah-mudahan tidak terinfeksi, misalnya 8 bulan ini."Katanya yakin.

Lima hari kemudian, si suami yang menderita HIV positif mulai perbaikan & meminta pulang paksa. Dia memutuskan pindah ke Jakarta untuk mengobati penyakit itu selanjutnya.

Ini kisah unik ihwal HIV yang pernah kualami, dimana si suami berpeluang ketularan virus itu menurut banyak tempat masuk: seks bebas, jarum suntik narkoba & tatto. Ternyata si istri yang baru dinikahi 8 bulan belum tertular. Dan uniknya, walau tahu suaminya HIV si istri permanen mau punya anak menurut suami & permanen ingin mempertahankan keluarganya.

Hanya saja, untuk memberitahukan penyakit HIV ini perlu mekanisme khusus. Pasangan hayati, orang tua & saudara kandung dihentikan diberitahu kecuali ada surat pernyataan tidak keberatan menurut pasien. Untuk yang belum 18 tahun, maka wajib tahu walinya. Kalau sembarangan berbagi status HIV, pasti bisa dituntut si pasien karena melanggar undang-undang.

Oke, itu tersebut sebuah kasus yang membuat terharu. Bagaimana seorang istri bisa mendapatkan suami yang HIV positif, karena merasa sudah jodohnya menikahi segala kelebihan & kekurangan si suami. Tidak seluruh istri bisa setegar ini.

Maaf, walau bahasanya mirip fiksi ini bukan fiksi & terlalu bagus untuk diubah ke arah opini, walau lagi-lagi 5W & 1 H nya tidak mungkin diumbar karena alasan profesi.

Related Posts:

0 Response to "Sedihnya Istri yang Menyaksikan Suaminya Sekarat alasannya adalah HIV-AIDS"

Posting Komentar