Dear Mantan (Nasabah), Maafin Bank Syariah Yang Dulu

Dear Mantan (Nasabah), Maafin Bank Syariah Yang Dulu
Selepas kuliah sekitar 10 tahun kemudian, untuk pertamakalinya saya berinteraksi dengan bank syariah melalui sebuah tabungan. Jujur saja, alasan memanfaatkan jasa bank syariah dikala itu lebih karena masalah praktis. Pertama, kartu ATM yg juga berfungsi ganda sebagai kartu mahasiswa dicabut dikala status mahasiswa saya berakhir. Kedua, tempat kerja cabang bank syariah, sepengetahuan saya satu-satunya yg beroperasi dikala itu, ada di dalam kampus, bahkan menumpang pada satu dari gedung milik universitas tempat saya menuntut ilmu. Ketiga, tidak ada pungutan atau beban porto bulanan.

Selama kurang lebih 4 tahun kemudian, tabungan syariah tadi menjadi bagian episode bepergian hidup saya. Saya jangan lupa satu dari kemudahan yg ditawarkan ialah fasilitas phone banking. Ketika bekerja di kebun kelapa sawit, saya bisa memeriksa saldo gaji yg masuk ke rekening hanya dengan menekan tombol di Nokia 3310. Sangat praktis untuk ukuran waktu itu, jangan bayangkan internet dan smartphone sudah seperti dikala ini, di kebun tempat saya bekerja untuk mendapatkan sinyal telepon saja mesti naik ke atas menara setinggi 5 meter. Sebelum akhirnya tabungan tadi terabaikan karena tempat kerja baru saya memakai payrol bank lain secara eksklusif, dan sulitnya mencari ATM serta tempat kerja pelayanannya.

Setelah 10 tahun berlalu, bank yg pertama kali memperkenalkan tabungan syariah kepada saya bukan lagi single fighter dalam bisnis keuangan syariah. Hari ini jikalau kita melewati jalan protokol di kota besar, dengan gampang bisa kita temukan bank berlabel syariah di tiap sudutnya.

Sehingga saya relatif terkejut dikala beberapa waktu kemudian menemukan data yg dirilis Karim Consulting Indonesia bahwa pangsa pasar forum keuangan syariah Indonesia 2014 hanya 4,95%. Setelah seperempat abad tiang pancang pertama sistem syariah di Indonesia berdiri, dengan beroperasinya bank syariah pertama, peranan keuangan syariah di Indonesia sebesar 4,95% tadi masih jauh dari harapan. Sekaligus memberi ilustrasi, bank-bank syariah Indonesia tidak berdaya menghadapi hegemoni bank umum konvensional.

Meski pun demikian harapan itu masih ada. Terutama selama beberapa tahun belakangan, justru sehabis tidak lagi bertransaksi memakai tabungan syariah milik pribadi, penulis menyaksikan perkembangan pesat perbankan syariah diiringi peningkatan kualitasnya, baik dari segi pelayanan mau pun produk yg ditawarkan. Menurut pengalaman dan pengamatan penulis, bank syariah sudah sama baiknya, sama lengkapnya dan sama modernnya dengan bank umum. Bahkan dari beberapa sisi memiliki kelebihan yg tidak dimiliki bank umum.

Akan akan tetapi penilaian tadi bukanlah ukuran obyektif jikalau didasarkan hanya hasil pengamatan pribadi. Untuk itu saya mencoba menelaah perkembangan jasa keuangan syariah di Indonesia dari beberapa sisi. Bagaimana pun juga inti bisnis perbankan ialah jasa pengelolaan keuangan, dan faktor-faktor berupa kemudahan, keamanan, serta ketenangan klien, dalam hal ini nasabah bank, menjadi hal yg sangat vital dan menentukan kinerja sebuah forum yg bergerak di bisnis jasa.

Peningkatan Infrastruktur dan Fisik

Data Bank Indonesia Juni 2015 menampakan di Indonesia sudah ada 12 Bank Umum Syariah (BUS), 22 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 161 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Jumlah ini memang tergolong kecil jikalau dibandingkan bank umum yg di Akhir Oktober 2015 saja mencapai angka 10 kali lipat, yaitu 118 bank umum dan 1.644 Bank Perkreditan Rakyat (BPR).  

Tapi jikalau melihat 17 tahun ke belakang yg hanya ada 1 bank syariah, kemudian bank syariah kedua pun didirikan sebagai sebuah spekulasi dari merger beberapa bank yg mengalami kolaps imbas krisis ekonomi. Perkembangan bank syariah, terutama beberapa tahun terakhir, relatif pesat. 

Saya kembali mengenang masa awal memiliki tabungan syariah. Tidak ada tempat kerja cabang pembantu bank syariah di kota asal saya. Ketika saya terpaksa masih membutuhkan porto dari orang tua, bapak mengirim melalui tempat kerja pos, yg dikala itu menjalin kolaborasi dengan bank. Tapi hari ini, di kota kecil kami sudah ada beberapa bank syariah, lengkap dengan ATM-nya. Ini tentunya bagian perkembangan bank syariah yg total jumlah tempat kerja pusat, tempat kerja cabang, tempat kerja cabang pembantum tempat kerja kas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah sampai akhir Desember 2015 mencapai jumlah 2.548 dan tersebar di seluruh Indonesia. Soal jumlah tempat menarik uang tunai gak perlu lagi dipertanyakan, apalagi dengan keberadaan ATM beserta hampir di setiap sudut kota. Kita tidak akan kesulitan untuk mengambil uang dari tabungan syariah melalui mesin ATM.  

Sumber Daya Manusia

Kantor kecil bank syariah tempat saya membuka tabungan dahulu hanya memiliki dua orang karyawan. Satu orang operasional, dan satu orang penjaga keamanan (satpam). Saat itu pelayanan bank tidak ubahnya seperti sebuah warung. Baik pegawai operasional mau pun satpam nyaris tanpa aktualisasi diri dikala nasabah bank tiba. Tapi itu tetap relatif menyenangkan saya, dikala ada keperluan dengan bank saya gak perlu antri, karena nyaris tidak ada nasabah lain.

Beberapa waktu kemudian dikala saya bernostalgia, di jalan utama kampus saya sudah berdiri gedung bank tempat membuka tabungan syariah dahulu. Walau pun tidak terlalu besar tapi tempatnya relatif lapang, halaman parkirnya bisa menampung sekira 4 kendaraan beroda empat.

Saat saya berjalan ke pintu depan, satpam membukakan pintu dan mengucap salam. Di ruangan yg ditata sangat nyaman dengan beberapa tempat duduk, beberapa slip untuk aneka macam keperluan tertata rapi di meja-meja kaca.   Tiga orang kasir wanita dan semuanya dalam balutan kerudung ungu melayani nasabah. Mereka bekerja cepat dan rapih, walau pun nasabahnya memang masih tidak terlalu banyak.  Sementara di area dalam terlihat 2 orang lain, saya duga salah satunya pemimpin di tempat kerja tadi. Baik satpam juga kasir sangat sopan dalam melayani nasabah, di wajahnya terhias senyum ramah. Bahkan mereka tidak segan membantu jikalau nasabah mengalami kesulitan, dikala harus mengisi form tabungan contohnya.

Di sana pun sudah banyak ragam produk yg berfokus pada kebutuhan pelanggan. Dari awalnya terbatas pada produk Simpanan dan pembiayaan, kini bank syariah melayani asuransi, pembiayaan ibadah, mau pun produk corporate seperti kerjasama payroll syariah dengan perusahaan. Kebutuhan keuangan setiap nasabah itu unik, dan bank syariah mulai mentransformasi dan memposisikan diri menjadi semacam forum bantuan perencana keuangan syariah.

Seiring ragam produknya yg makin beraneka rupa, pengetahuan karyawan bank syariah terhadap produk-produk syariah tadi dari bank yg bersangkutan pun relatif bisa diandalkan. Jika karyawan di level lebih rendah tidak relatif, seorang koordinator cabang tidak segan turut membantu nasabah. Saya jangan lupa pernah menerima penjelasan panjang lebar dan memperoleh pengetahuan baru ihwal sistem sewa-beli syariah dari koordinator cabang sebuah bank syariah di Depok, dikala ditugaskan mengurus administrasi perumahan untuk karyawan tempat saya bekerja.

Pemanfaatan Teknologi

Sebuah pertanyaan penting terkait teknologi ialah: bagaimana bank syariah menghadapi perkembangan teknologi yg bergerak sangat cepat, guna mempertinggi pelayanan terhadap nasabahnya? Walau pun jawaban pertanyaan itu juga sebetulnya sederhana: cobalah membuka rekening tabungan syariah di satu dari bank syariah.

Hari ini kita akan menemukan bahwa seluruh bank umum syariah sudah memiliki layanan internet banking. Bahkan bank-bank syariah sudah memiliki kerjasama dengan vendor dan pusat belanja. Sehingga banyak transaksi keuangan nasabah bank syariah dapat dilakukan tanpa nasabah perlu beranjak dari tempat duduknya. Hadirnya Mobile Operating System juga sudah diantisipasi bank syariah dengan applikasi yg dapat dipasang di smartphone semacam android dan iOS.  

Keamanan digital, yg menjadi titik rawan teknologi perbankan tidak lepas dari perhatian bank-bank syariah. Sebuah contoh kecil kita bisa menemukan anti virus, anti malware dan petunjuk keamanan memanfaatkan internet banking di website bank-bank syariah.

Bank-bank syariah pun sudah memanfaatkan akun twitter dan facebook dalam menjalin komunikasi dan memberikan informasi kepada nasabahnya. Beberapa bank syariah melangkah lebih jauh dengan menampung dan memberi solusi dari keluhan serta pengaduan nasabah yg disampaikan melalui akun media sosial.

Satu kekurangan yg saya temui di bidang teknologi ialah, saya belum menemukan adanya produk e-money, atau uang elektronik bank syariah. Padahal Bank Indonesia sendiri beberapa waktu belakangan sedang gencar mengkampanyekan cashless society.  Hal ini barangkali karena pangsa pasar bank syariah sendiri masih belum terlalu besar dan pasar e-money yg masih sangat muda,sehingga e-money dievaluasi belum bisa menopang bisnis bank syariah.

Tanggapan Dalam Menangani Masalah

Selama berinteraksi dengan bank syariah, saya sendiri tidak pernah mengalami masalah dengan pelayanan bank syariah. Barangkali itu juga karena tidak terlalu intens. Tetapi dari dialog ringan yg saya peroleh dengan seorang kawan, reaksi tanggap sebuah bank syariah dikala nasabah menerima masalah relatif memuaskan.  

Waktu itu kawan saya mengambil uang di satu dari ATM, tapi uang tidak keluar. Menyadari saldonya berkurang kawan saya langsung menghubungi customer service melalui sebuah nomor telepon. Setelah laporan diterima dan menerima kode pelaporan, dalam waktu kurang dari 2x24 jam nilai uang yg terdebet dari rekening kawan saya sudah kembali. Itu barangkali hanyalah sebuah error sistem, tapi reaksi tanggapnya patut diacungi jempol, yg menjadi representasi dari naiknya standar pelayanan bank syariah.

Nilai Plus Bank Syariah dibanding Bank Umum

Bank syariah sangat menghindari unsur riba, gharar, dan maisir dalam setiap transaksinya. Meski pun hal tadi sudah umum diketahui oleh para calon nasabah bank syariah, berkat aneka macam kampanye syariah, akan tetapi sejatinya nilai-nilai tadi merupakan pelayanan khusus bank syariah kepada nasabahnya. Bahkan ekonomi dunia dan Indonesia sendiri, sudah membuktikan sistem yg dilandaskan pada nilai-nilai kesetaraan dan keuntungan beserta antara kreditur dan debitur memiliki imunitas dari goncangan krisis ekonomi.  Ini pun sebuah nilai plus yg perlu terus menerus diinformasikan kepada nasabah.

Dengan memegang teguh praktik-praktik perbankan yg berlandaskan nilai-nilai Islam, tujuan keberadaan bank syariah ialah membantu setiap umat muslim memastikan rezeki yg diperoleh dan dikelolanya merupakan rezeki halal. Sehingga barokah untuk kehidupan dunia, dan tidak menjadi beban di akherat.

Memang, ada banyak Pekerjaan Rumah yg masih harus diperbaiki, seperti masalah tidak meratanya sebaran bank syariah dan masalah-masalah kecil pelanggaran praktik syariah. Namun dari sisi pelayanan sebagai forum jasa, bank syariah sudah melakukan lompatan yg berfokus pada kepuasan nasabah.

Hal yg seyogyanya perlu dipertimbangkan ialah mempertinggi agresifitas bank umum syariah. Tentunya bukan seperti bank konvensional yg menghamburkan pemberian  dan aneka macam strategi marketing yg overagresif, melainkan peningkatan kegiatan sales dan kerjasama dengan praktisi bisnis dari aneka macam bidang. Kalau pun tidak bisa mengalahkan bank konvensional, bank syariah memperlihatkan produk  yg bisa memposisikan diri sebagai pilihan utama kedua bagi nasabah.

Di dikala yg sama soliditas internal di dalam tubuh bank syariah sendiri perlu diperkuat guna menjaga kepercayaan bahwa secara sistem dan standar, bank-bank syariah secara ketat menjaga praktik yg sesuai koridor hukum syariah. Sebab dalam praktiknya masih ada sebagian oknum yg hanya mengejar keuntungan materi sesaat. Baik oknum bankir yg mendahulukan keuntungan dibanding kehati-hatian menjaga praktik yg berlandaskan nilai syariah, atau malah nasabah nakal yg menghalalkan aneka macam cara untuk menghindari kerugian. Jangan sampai karena nila setitik rusak susu sebelanga, sehingga di masyarakat ada adagium keliru: "ah, bank syariah dan bank umum sama saja".

Saya sendiri percaya bahwa keberadaan forum keuangan syariah dikala ini, khususnya bank umum syariah, tidak saja sama baiknya, sama lengkapnya dan sama modernnya dengan bank umum konvensional, justru berpotensi untuk memberikan lebih baik. Sebab tujuan utama forum keuangan syariah jauh melampaui keuntungan bisnis dan materi semata, keberadaannya ialah satu dari wahana perwujudan Islam yg Rahmatan Lil alamin. Semoga.

Bahan Bacaan

1. Statistik Perbankan Indonesia, Vol: 13 No. 11 Oktober 2015, Otoritas Jasa Keuangan.

2. Statistik Perbankan Syariah, Desember 2015, Otoritas Jasa Keuangan

Related Posts:

0 Response to "Dear Mantan (Nasabah), Maafin Bank Syariah Yang Dulu"

Posting Komentar