Terorisme di Indonesia, Bukan Berlandaskan Alasan Agama

Tewasnya gembong teroris nomor satu di Indonesia, Noordin M Top, patut kita syukuri. Tidak lupa,kita juga harus memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya bagi kepolisian yang telah bekerja luar biasa untuk meberantas para pelaku terorisme di Indonesia.

Kita jangan lengah, masih banyak di luar sana orang yang merupakan kaki tangan Noordin M Top yang masih berkeliaran. Bahkan orang-orang yang bisa dibilang sekelas dengan Noodin, seperti Zulkarnaen, Dulmatin, dan Umar Patek, masih belum tertangkap sampai sekarang. Walaupun mereka diisukan berada di luar negeri (Filipina contohnya), namun tetap saja, mudah bagi mereka untuk kembali lagi ke wilayah Indonesia dan menjalankan aksinya terlebih jika mereka menyadari bahwa di Indonesia harus ada pemimpin baru pengganti Noordin.

Ada suatu pemikiran saya pribadi bahwa aksi teror yang terjadi di Indonesia 10 tahun belakangan ini bukan merupakan aksi teror yang belandaskan agama untuk menentang dunia barat. Mengapa? Saya memunyai alasan tersendiri untuk argumen saya ini.

Pada awalnya, saya mengira mungkin para teroris ini memang ingin menentang barat. Namun, semakin ke sini, saya semakin ragu dengan tinkah laku mereka. Dilihat dari Bom Bali 1, Bom Kedubes Australia, dan Bom Bali 2, dimana korbannya mayoritas orang asing dan tempatnya memang tempat berkumpul orang asing. Memang terlihat bahwa sasaran mereka merupakan barat. Tetapi semakin ke sini, sasaran mereka semakin aneh dan tidak jelas, pada Bom Kuningan, Bom J.W. Marriott, dan Bom Marriott-Ritz Carlton, mayoritas korban adalah orang Indonesia, bahkan pada bom yang terakhir itu, korban asingnya hanya satu orang! Namun, mengapa mereka masih melakukan itu dimana korban mayoritas orang Indonesia? Dan mereka benar-benar menyadari itu. Dan mengapa harus mengambil momen 1 hari sebelum klub bola Manchester United datang? Mengapa mereka tidak menunggu sampai MU datang lalu membomnya, tentu akan lebih banyak koban asing, namun mengapa mereka tidak melakukan itu? Tentu akan sangat aneh jika mereka berkata ingin menentang barat. Namun, di sini (Bom Marriott-Ritz) sangat-sangat terlihat bahwa mereka punya kepentingan membuat citra Indonesia tidak aman dan buruk di mata dunia.

Itu alasan pertama, alasan kedua adalah, mengapa harus selalu Indonesia? Mengapa tidak Negara-negara lain? Suryadarma Salim, mantan ketua Densus 88 Antiteror berkata bahwa Indonesia merupakan negara yang mudah untuk mereka kuasai, dimana pengamanan tidak terlalu tinggi dan orangnya mudah didoktrin untuk melakukan sesuatu. Saya katakan tidak! Mungkin ada yang pernah ke Marriott atau Ritz Carlton? Bisa dilihat di situ ketatnya pengamanan, tetapi mereka tetap cerdik dan tetap dapat menjalankan aksinya. Bagi saya, kalau mereka bisa melewati pengamanan kedua hotel terkenal itu, mereka bisa melewati pengamanan di hampir seluruh gedung di dunia, karena pengamanan sekelas kedua hotel itu termasuk tinggi.

Namun kenapa Indonesia? Suryadarma Salim mengatakan karena orang Indonesia mudah direkrut dan didoktrin, menurut saya ini ada benarnya tetapi tidak sepenuhnya, lihatlah Malaysia, Turki, Mesir, dan masih banyak negara lainnya, apakah orang-orang mereka sebegitu sulitnya direkrut? Misalkan Malaysia, buktinya adalah Noordin dan Azahari saja orang Malaysia dan mereka bisa dengan mudahnya direkrut Al-Qaeda untuk menjadi teroris bahkan menjadi teroris yang luar biasa, mengapa mereka tidak menjalankan aksinya di negara mereka sendiri?

Jika kita gabungkan semua alasan dan pertanyaan-pertanyaan di atas, kita akan menemukan suatu benang merah: Malaysia punya struktur ras yang hampir sama dengan Indonesia, mereka juga mayoritas beragama Islam, bahkan mereka lebih keras dan agama lain sulit berkembang di sana. Di Malaysia pun peranan barat jauh jauh lebih tinggi daripada di Indonesia, di sana investasi asing sangat tinggi dan banyak sekali turis asing. Tetapi, mengapa di Malaysia TIDAK pernah ada bom SATU KALI PUN? Pasti Anda bisa menyimpulkan sendiri.

Akhirnya saya membuat suatu hipotesa dari semua kejadian ini. Jadi, aksi teroris di Indonesia khususnya dunia pada umumnya, terbagi menjadi 3 strata kepentingan dalam satu hirarki jaringan terorisme.

1. Strata pertama adalah strata pelaksana dimana mereka memang didoktrin untuk melakukan jihad, dan mereka benar-benar bermaksud untuk melawan barat. Mereka-mereka ini adalah pelaksana lapangan dalam pengeboman dan pembantu-pembantunya.

Strata ini ada pada Noordin M. Top dan Azahari ke bawah. Dimana otaknya adalah Osama bin Laden dalam jaringan Al-Qaeda.



2. Strata kedua adalah strata pemikir, dimana mereka ingin menghancurkan dan menjelekkan citra Indonesia di mata dunia. Mereka memilih Indonesia karena Indonesia memiliki peranan yang tinggi di dunia, mereka merupakan pemikir yang merancang segala sesuatunya atas keinginan strata di atasnya untuk menjelekkan Islam. Strata ini mungkin berkisar sekitar 2-3 tingkat di atas Noordin atau 1 tingkat di atas Osama bin Laden.



3. Strata ketiga sebenarnya dekat hubungannya dengan strata kedua, mereka adalah strata penyulai dana, dimana mereka adalah sebenarnya sekumpulan orang-orang super kaya di dunia ini, yang memunyai kepentingan politik tinggi, yang ingin menjelekkan Islam di dunia ini. Bahkan menurut hipotesa saya, mereka sebenarnya adalah orang-orang barat sendiri, namun kepentingan mereka di dunia ini sangat rahasia, bahkan FBI atau Presiden AS pun tidak mengetahui hal ini.

Sekian hipotesa dari saya, memang semua ini hanya perkiraan dan memerlukan pembuktian, namun, semua ini tentunya dapat dijadikan sebagai bahan pemikiran kita untuk melanjutkan Indonesia kearah yang lebih baik. (NL)

Related Posts:

Internet Marketing Jangan Mengandalkan Google AdSense

Internet marketing merupakan ilmu yang memelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan mendatangkan uang dari internet. Namun, ironisnya sangat banyak masyarakat Indonesia yang mengandalkan Google AdSense sebagai sumber mata pencahariannya di internet yang menimbulkan terlalu banyaknya kegagalan yang akan dihadapi oleh sang internet market-er. (Baca: Google AdSense Hanya Mengobral Janji )

Sangat naif jika seseorang hanya mengandalkan Google AdSense karena selain tidak mendatangkan uang banyak, proses mendatangkan uang tersebut juga terbilang sangat sulit. Kita harus memiliki kreasi tinggi dalam mendatangkan uang yang lebih dari internet. Salah satunya adalah yang disebut Pay Per Review. PPR merupakan suatu bentuk dari internet marketing yang membayar pemilik website dengan setiap review dari pemilik website tersebut. Uang yang didatangkan akan jauh lebih banyak daripada berbisnis Google AdSense. Namun tentu kemampuan bahasa Inggris dan berkata-kata menjadi hal yang utama. Dari setiap review produk, jasa, dll, minimal akan mendapatkan uang sebesar $5 sampai ratusan dollar tergantung lembaganya, website tempat review, dan provider PPR-nya. Tentu ini jauh lebih mudah dari Google AdSense dimana untuk mendatangkan $5 saja, iklan tersebut harus diklik ratusan kali.

Memang, tenaga yang dibutuhkan untuk ini lebih banyak dibanding Google AdSense, namun tentu hasilnya pun jauh lebih banyak dari Google AdSense. Jika website kita lolos verifikasi, kita bisa meng-review sebanyak-banyaknya artikel dan mendapatkan uang sebanyak-banyaknya juga.

Tetapi yang harus diperhatikan, Google melarang keberadaan PPR ini. Jadi, tentu kita harus berhati-hati jika melakukan PPR dengan menyelingi review kita dengan artikel-artikel buatan kita sendiri.

Namun, walaupun lebih baik daripada Google AdSense, tentu ini bukan kegiatan internet marketing yang terbaik. Masih banyak kegiatan internet marketing yang jauh lebih mendatangkan uang daripada PPR. Tetapi tentu PPR ini bisa dijadikan alternatif baik dibanding Google AdSense. (NL)

Related Posts:

Top Articles

Berikut adalah daftar artikel-artikel dengan pengunjung terbanyak yang layak untuk dibaca:

1.
100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia Versi Majalah Time
2. Reality Show, Kebenaran atau Kebohongan?
3. Google AdSense Hanya Mengobral Janji
4. Kecurangan dalam UAN, Cermin Masa Depan Indonesia yang Buruk
5. Budaya Korupsi Menghancurkan Indonesia
6. Layanan SMS Berhadiah, Bentuk Perjudian Masa Kini
7. Undang-Undang ITE, Mengkhianati Reformasi dan Memasung Demokrasi di Indonesia
8. Menimba Pendidikan di Malaysia, Layakkah?
9. Hal Terpenting dalam Mencari Teman atau Relasi
10. Penyebab Ketenaran BlackBerry di Indonesia

(NL)

Related Posts:

Hasil Akhir QuickCount dan KPU Pemilu Presiden Putaran Pertama 2009

Berikut adalah hasil akhir Pemilu Presiden Putaran Pertama 2009 dari lembaga survey atau yang disebut quick count dan juga hasil dari KPU (Komisi Pemilihan Umum) yang akan terus diupdate.

Lembaga survey yang diseratakan datanya adalah LSI (Lingkaran Survey Indonesia) yang ditayangkan di TVOne, LSI (Lembaga Survey Indonesia) yang ditayangkan Trans Corp, LP3ES (Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial) oleh RCTI dan ANTV , CIRUS oleh SCTV, MetroTV, PUSKAPTIS (Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis) oleh GlobalTV dan TPI.

Dari hasil quick count pilpres 2009, SBY unggul jauh di atas dua pesaingnya, dan semua lembaga survey di atas sepakat bahwa pilpres 2009 hanya berlangsung satu putaran dan dimenangkan oleh pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono.


1

2

3


MEGA - PRO

SBY - BOEDIONO

JK - WIN

Komisi Pemilihan Umum

26,79%

60,80%

12,41%

Lingkaran Survey Indonesia

27,34%

60,13%

12,53%

Lembaga Survey Indonesia

26,57%

60,84%

12,60%

LP3ES

27,83%

11,34%

12,83%

CIRUS

27,49%

60,20%

12,31%

MetroTV

26,32%

58,51%

15,18%

PUSKAPTIS

28,00%

58,20%

13,80%


(NL)

Related Posts:

Layanan SMS Berhadiah, Bentuk Perjudian Masa Kini

Dewasa ini, sangat banyak kita temui layanan SMS berhadiah. Sadar tidak sadar, ternyata layanan SMS ini merupakan bentuk perjudian terselubung yang dilarang oleh semua agama yang terdapat di Indonesia. Hal ini umumnya tidak disadari oleh masyarakat Indonesia karena bentuk perjudian modern ini dikemas sedemikian rupa sehingga tidak terlihat lagi bahwa hal itu merupakan bentuk perjudian. Namun, jika diteliti lebih seksama layanan SMS berhadiah tersebut sangat berbau unsur judi.

Judi artinya adalah permainan dengan memakai uang atau barang berharga sebagai taruhan (lih. KBBI ed. 3 hal. 479) dan berjudi memiliki arti mempertaruhkan sejumlah uang atau harta dalam permainan tebakan berdasarkan kebetulan, dengan tujuan mendapatkan uang atau harta yang lebih besar daripada jumlah uang atau harta semula (lih. KBBI ed.3 hal. 479).

Dari arti kata judi di atas, disebutkan bahwa judi adalah permainan memakai uang dimana setiap layanan SMS berhadiah atau undian memakai uang (pulsa) dan sebenarnya pulsa tersebut ditaruhkan sang pengirim SMS dengan harapan akan mendapatkan sebuah hadiah yang untung-untungan yang disebut gambling atau dalam bahasa Indonesia: Judi, baik melalui menjawab pertanyaan (yang terkadang sangat mudah) yang bisa disebut "permainan" atau lebih parah lagi langsung mengirim dan akan mendapat hadiah jika terpilih.

Dan dari sudut orang yang melakukan judi, mereka melakukan sesuatu yang disebut berjudi. Berjudi, dari arti yang telah disebutkan di atas, memiliki arti mempertaruhkan sejumlah uang dalam hal ini pulsa, dalam permainan tebakan berdasarkan kebetulan yang dalam hal ini pertanyaan atau quiz yang terkadang sangat mudah, dan ini yang paling penting: dengan tujuan mendapatkan uang atau harta yang lebih besar dari uang semula yang bisa disederhanakan: dengan harapan mendapatkan hadiah.

Dari 2 definisi di atas, sangatlah jelas bahwa layanan SMS berhadiah atau undian merupakan bentuk perjudian. Bahkan sangat mudah kita temui iklan layanan SMS tersebut di televisi yang lebih "kasar" lagi bentuk perjudiannya, dimana seseorang hanya tinggal mengetik dan mengirim REG spasi ***, dan akan mendapatkan hadiah mingguan atau langsung mendapatkan (yang dia sebut) nomor registrasi yang dapat dikirim sebanyak-banyaknya. Ini sebenarnya tidak ada bedanya dengan seseorang yang membeli normor togel sebanyak-banyaknya dengan sejumlah uang dengan harapan mendapatkan sejumlah uang atau barang sebagai hadiah.

Herannya, layanan SMS ini terus hidup di Indonesia. Tentu ini sangat ironis mengingat Indonesia sangat gencar melawan perjudian, namun judi skala sangat besar yang sampai diiklankan di televisi malah bisa terus hidup dan bertumbuh pesat di Indonesia.

Sudah saatnya kita semua melawan segala bentuk perjudian ini, karena selain melanggar norma semua agama yang ada di Indonesia ini, juga melanggar undang-undang dan konstitusi kita. (NL)

Baca juga: Layanan SMS Premium, Sarat Penipuan Sekaligus Pemborosan

Related Posts:

Para Korban Undang-Undang Informasi Transaksi Elektronik

Kasus Prita ternyata bukan merupakan yang pertama kalinya. Prita adalah satu dari sekian korban akibat buruknya UU ITE. Berikut adalah daftar korban-korban dari adanya UU ITE:

  1. 13 Mei 2005

    Revrisond Baswir, dilaporkan oleh S*TV karena dituduh mencemarkan nama baik lewat milis internet.

  2. 14 Juli 2008

    Iwan Piliang, dilaporkan oleh anggota DPR PAN Alvin Lie karena dituduh mencemarkan nama baik lewat milis internet.

  3. 3 Juni 2009

    Prita Mulyasari, dilaporkan oleh RS Omni Internasional Tangerang dituduh mencemarkan nama baik lewat e-mail internet.

Dan masih ada lagi korban-korban yang ditangkap karena menulis di surat pembaca.

Jika seperti ini, berarti kebebasan pers Indonesia adalah kebebasan pers yang semu. Bahkan dari sekian nama di atas, ada institusi yang bergerak dalam bidang jurnalistik (pers) pun tidak bisa begitu menghargai apa arti dari sebuah kebebasan berpendapat.

Padahal di lain pihak, institusi tersebut juga sama-sama pers yang memberikan dan mengeluarkan pendapat. Sangat disayangkan. Oleh karena itu, sudah saatnya UU yang memasung kebebasan rakyat Indonesia tersebut ditinjau ulang untuk kebaikan dan kemajuan demokrasi Indonesia. (NL)


Baca juga: Undang-Undang ITE, Mengkhianati Reformasi dan Memasung Demokrasi di Indonesia


Related Posts:

Undang-Undang ITE, Mengkhianati Reformasi dan Memasung Demokrasi di Indonesia



Kasus Prita yang marak diperbincangkan belakangan ini membuat dunia IT Indonesia terhenyak. Indonesia, yang telah melalui proses reformasi menuju demokrasi, berubah menjadi negara yang demokrasinya sangat maju. Demokrasi yang dilahirkan dari proses reformasi ini identik dengan kebebasan rakyat terutama dalam hal kebebasan berpendapat.



Jika sebelumnya seseorang mengkritik pemerintah akan dihukum, hal itu tidak terjadi lagi sejak era reformasi. Jika sebelumnya pers terkukung dalam kekuasaan pemerintah, sekarang sudah tidak lagi karena pers sudah hampir bebas sepenuhnya menurut undang-undang walaupun masih sedikit dikontrol oleh kode etik jurnalistik. Pers dan masyarakat menjadi sangat kritis terhadap pemerintah, pers mengkritik segala macam hal yang tidak benar dengan jalan memberitakan kepada masyarakat dan masyarakat mengkritik segala sesuatunya dengan jalan berdemonstrasi.



Karena inilah, pers menjadi sangat bebas, dan oleh karena ini pula Indonesia dinobatkan sebagai negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam yang paling maju demokrasinya, sampai dunia internasional memberikan apresiasi yang sangat tinggi kepada Indonesia.



Namun, semua itu hilang dan lenyap ketika mencuatnya kasus Prita. Ternyata, setelah ditelusuri lebih lanjut, Prita bukan merupakan yang pertama. Prita merupakan satu dari banyak orang yang menjadi “korban” dari kekeliruan peraturan yang dibuat UU ITE. UU ITE benar-benar memasung kebebasan masyarakat Indonesia terutama masyarakat kecil yang mengeluarkan pendapatnya di internet.



Hal ini tentu sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar reformasi dan demokrasi. Kebebasan berpendapat menjadi tidak berlaku lagi di Indonesia.



Oleh karena itu, mari kita tentang UU ITE dan desak pemerintah dalam hal ini DPR untuk melakukan revisi terhadap UU yang memasung kebebasan rakyat Indonesia tersebut. (NL)



Baca juga: Para Korban Undang-Undang Informasi Transaksi Elektronik

Related Posts:

Budaya Korupsi Menghancurkan Indonesia

KKN merupakan sesuatu yang sudah menjadi hal yang biasa di Indonesia ini. Orde Baru 'berhasil' menumbuhkan dan mengembangkan budaya ini di Indonesia. Jika ditelusuri lebih lanjut, ternyata budaya yang dikembangkan oleh rezim Orba inilah yang menyebabkan sulitnya Indonesia untuk berkembang menjadi negara maju.

Perlu diketahui, hampir seluruh dunia pada saat ini telah memasuki era globalisasi termasuk Indonesia. Perdagangan antar negara menjadi sangat bebas dan mudah. Salah satu fenomena yang ditimbulkan dari globalisasi 20 tahun belakangan ini adalah penanaman modal di berbagai negara.

Suatu perusahaan yang dahulu membuat semua produknya di dalam negeri mulai keluar dari negaranya untuk mencari negara lain yang memiliki tenaga kerja yang lebih murah merujuk kepada efisiensi produksi. Perusahaan-perusahaan dari negara maju berlomba-lomba memindahkan produksinya ke negara dengan tenaga kerja yang lebih murah. Dan ternyata hal ini membawa efek positif terhadap perusahaan. Perusahaan dapat memproduksi barang yang sama dengan biaya yang jauh lebih murah daripada jika diproduksi di dalam negeri.

Efeknya? Tentu saja negara-negara yang maju tersebut 'kehilangan' pabrik-pabriknya yang menyebabkan meledaknya pengangguran di negara tersebut, Jepang contohnya, pada waktu awal globalisasi, Jepang menikmati kejayaannya, namun setelah penanaman modal di negara lain menjadi trend, pabrik-pabrik produksi di Jepang banyak yang ditutup dan dipindah ke negara lain yang menyebabkan meledaknya pengangguran yang menjadi salah satu faktor memburuknya perekonomian Jepang.

Namun di lain pihak, negara-negara dengan tenaga kerja murah mengalami kemajuan luar biasa karena derasnya aliran modal dari luar negeri yang masuk ke negaranya. Ambilah contoh China, dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun, China berevolusi dari negara miskin menjadi negara super kaya dengan cadangan devisa terbesar di dunia melebihi Amerika Serikat.

Masih banyak lagi negara-negara yang sangat menikmati era globalisasi ini sebutlah negara India yang perlahan tapi pasti menuju kemajuan, Brazil, Malaysia, Filipina, dan Vietnam. Tetapi, dimana Indonesia?

Perlu diingat Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia dan dengan tenaga kerja yang murah juga. Tetapi mengapa Indonesia justru tertinggal dengan negara lain di saat negara lain yang serupa dengan Indonesia menikmati globalisasi ini? Sedangkan jika dilihat secara garis besar, Indonesia seharusnya sangat strategis sebagai 'teman' dari China dan India sebagai tempat primadona untuk investasi, rakyat banyak – tenaga kerja murah. Terlebih Indonesia juga memiliki tempat yang strategis, lebih strategis dibanding India. Tetapi mengapa?

Jawabannya adalah karena Indonesia sangat-sangat tidak nyaman digunakan untuk sarana investasi yang akar permasalahannya karena satu kata, KKN. KKN yang sangat parah di kalangan birokrasi menyebabkan perusahaan asing cukup bingung dan dipusingkan karenanya. Segala sesuatu izin yang diproses di Indonesia ini memerlukan 'amplop' untuk menyelesaikannya. Michael Backman dalam bukunya Asia Future Shock yang membahas tentang kebangkitan negara-negara di Asia menyebutkan bahwa gerbang kemajuan negara Asia di dunia adalah pada sekitar tahun 2020. Jika gerbang itu tertutup, maka akan sulit negara tersebut untuk maju. Ia menyebutkan juga bahwa Indonesia sebenarnya punya potensi yang sangat besar untuk maju, namun ia menyoroti satu hal yang menyebabkan Indonesia akan sulit untuk maju, korupsi. Lanjutnya, korupsi menyebabkan tenaga kerja yang murah di Indonesia ini tidak menjadi murah karena banyaknya uang-uang 'liar' yang harus dibayarkan dan memiliki jumlah yang tidak sedikit. Ini yang menyebabkan investasi di Indonesia menjadi tidak murah lagi bahkan menjadi sangat mahal dibanding negara lain, masih diperparah lagi karena Indonesia sendiri tidak terlalu welcome terhadap investasi dari luar, jika di negara lain sebuah perusahaan ingin berinvestasi diberikan segala kemudahan, di Indonesia sebaliknya yang menyebakan kaburnya investor-investor asing ke negara lain seperti China atau Malaysia. Michael Backman mengatakan, pilihannya tinggal dua, jika Indonesia dapat mengatasi masalah korupsinya sebelum 'pintu kemajuan' tertutup, Indonesia akan menjadi negara maju, namun jika tidak bisa, Indonesia akan tetap seperti sekarang dan akan lebih sulit lagi untuk menjadi negara yang maju.

Bahkan Presiden AS, Barack Obama pun menyoroti hal ini. Obama dalam bukunya Audacity of Hope (Menerjang Harapan), menceritakan khusus tentang Indonesia dan masa kecilnya pada awal buku sebanyak +/- 10 halaman. Ia menyebutkan hal yang cukup memprihatinkan dari Indonesia adalah maraknya korupsi, ia mengambil contoh bahwa aparat keamanan sekalipun (polisi) dapat diberi imbalan tertentu untuk melakukan hal tertentu. Dan ia juga berkesimpulan sama bahwa masalah yang sangat pelik dan menyebabkan terhambatnya kemajuan Indonesia adalah korupsi.

Korupsi benar-benar menghancurkan Indonesia. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan mengajarkan ke generasi berikutnya untuk tidak melakukan budaya ini lagi. Jika Indonesia dapat mengatasi hal ini, niscaya Indonesia akan menjadi negara yang lebih maju daripada sekarang. (NL)

Related Posts:

Hasil Akhir Pemilu Legislatif 2009 Versi Resmi KPU

Berikut adalah hasil akhir pemilu legislatif 2009 dari KPU yang diumumkan pada tanggal 9 Mei 2009 dan untuk jumlah kursi legislatif yang telah direvisi KPU pada tanggal 13 Mei 2009.

Revisi mengubah perolehan kursi partai-partai sebagai berikut.

Awal

Revisi

Jumlah

Presentase

Jumlah

Presentase

148

26,43%

150

26,79%

108

19,29%

107

19,11%

93

16,61%

95

16,96%

59

10,54%

57

10,18%

42

7,50%

43

7,68%

39

6,95%

37

6,61%

26

4,64%

27

4,82%

30

5,36%

26

4,64%

15

2,68%

18

3,21

Berikut adalah daftar lengkap hasil pemilu legislatif 2009 versi resmi KPU yang telah direvisi.

Baca dan bandingkan juga dengan Hasil Akhir Quick Count Pemilu Legislatif 2009.

Nama Partai

Suara

Kursi

Jumlah

Presentase

Jumlah

Presentase

Demokrat

21.703.137

20,85%

150

26,79%

Golkar

15.037.757

14,45%

107

19,11%

PDIP

14.600.091

14,03%

95

16,96%

PKS

8.206.955

7,88%

57

10,18%

PAN

6.254.580

6,01%

43

7.68%

PPP

5.533.214

5,32%

37

6,67%

PKB

5.146.122

4,94%

27

4,82%

Gerindra

4.646.406

4,46%

26

4.64%

Hanura

3.922.870

3,77%

18

3.21%

PBB

1.864.752

1,79%



PDS

1.541.592

1,48%



PKNU

1.527.593

1,47%



PKPB

1.461.182

1,40%



PBR

1.264.333

1,21%



PPRN

1.260.794

1,21%



PKPI

934.892

0,90%



PDP

896.660

0,86%



Barnas

761.086

0,73%



PPPI

745.625

0,72%



PDK

671.244

0,64%



RepublikaN

630.780

0,61%



PPD

550.581

0,53%



Patriot

547.351

0,53%



PNBK

468.696

0,45%



Kedaulatan

437.121

0,42%



PMB

414.750

0,40%



PPI

414.043

0,40%



PKP

351.440

0,34%



Pelopor

342.914

0,33%



PKDI

324.553

0,31%



PIS

320.665

0,31%



PNI M

316.752

0,30%



Buruh

265.203

0,25%



PPIB

197.371

0,19%



PPNUI

142.841

0,14%



PSI

140.551

0,14%



PPDI

137.727

0,13%



Merdeka

111.623

0,11%



Jumlah

104.095.847

560

(NL)

Related Posts: