Menimba Pendidikan di Malaysia, Layakkah?

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam dunia modern sekarang ini. Setiap insan berusaha untuk mencapai pendidikan setinggi-tingginya agar memiliki modal yang cukup untuk bersaing di dunia kerja. Tidak cukup dengan jenjang yang tinggi, pendidikan yang sebaik mungkin juga terus dicari. Di Indonesia, orang-orang berusaha untuk masuk ke dalam universitas top seperti contohnya UGM (Universitas Gajah Mada), ITB (Institut Teknologi Bandung), UI (Universitas Indonesia), dan masih banyak lagi.

Untuk orang-orang yang bermodalkan cukup dana, terkadang pendidikan luar negeri menjadi pilihan. Selain jalur masuknya relatif lebih mudah dibanding universitas top Indonesia seperti di atas, bahasa pengantar yang (rata-rata) menggunakan bahasa Inggris, sampai memiliki ranking yang baik di dunia. Pendidikan di luar negeri juga sampai sekarang lebih dihargai oleh kebanyakan orang Indonesia, sehingga dianggap lebih mudah untuk diterima di dunia kerja.

Negara yang menjadi favorit pelajar Indonesia contohnya adalah Singapura, Australia, USA, China, Canada, Jerman, Perancis, dan masih banyak lagi. Mungkin Malaysia menjadi salah satu di antara negara-negara favorit pelajar Indonesia. Namun muncul banyak pertanyaan, salah satunya adalah apa kelebihan Malaysia dibanding negara lain? Banyak yang mengatakan bahwa Malaysia memang tidak menawarkan pendidikan yang sangat baik, namun cukup baik dibanding Indonesia. Terlebih dengan biaya yang murah dan bahasa pengatar yang menggunakan bahasa Inggris namun dengan kultur dan budaya yang baik dan bernuansa Asia. Apakah itu semua benar?

Mari kita bahas, yang pertama adalah soal apakah Malaysia menawarkan pendidikan yang lebih baik dibanding Indonesia? Jawabannya adalah tidak. Fakta membuktikan penelitian yang dilakukan lembaga survey universitas independen yang paling bergengsi di Internet, yaitu Webometrics, universitas Malaysia yang masuk Top 1000 Universities hanya ada tiga yaitu Universiti Sains Malaysia (845), Universiti Teknologi Malaysia (920), dan University of Malaya (962), sama dengan Indonesia yang menempatkan juga tiga wakilnya di situ yaitu UGM (623), ITB (676), dan UI (906). Dan jika dilihat rata-rata rankingnya pun Indonesia masih jauh lebih unggul. Tentu ini sangat ironis mengingat Malaysia sangat menggembar-gemborkan pendidikannya yang 'katanya' lebih baik. Malaysia memang, karena negara persekutuan Inggris, memiliki banyak 'cabang' universitas ternama, sebutlah nama Monash University yang sangat terkenal di Australia, namun ternyata itu tidak berpengaruh terhadap kualitas pendidikan di Malaysia dan fakta juga membuktikan bahwa universitas tersebut tidak sebaik universitas aslinya di Australia. Tidak hanya sampai di situ, jika kita melihat Top 3000 Universities, Malaysia 'hanya' menempatkan 10 wakilnya yaitu 3 teratas tadi ditambah Universiti Putra Malaysia (1053), Universiti Kebangsaan Malaysia (1146), Multimedia University (1230), Universiti Teknologi Mara (1340), International Islamic University Malaysia (1444), Universiti Utara Malaysia (1630), dan Universiti Malaysia Sabah (2770). Bandingkan dengan Indonesia yang menempatkan 12 wakilnya yaitu 3 teratas tadi ditambah Universitas Gunadarma (1604), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (1762), Institut Teknologi Telkom (1960), Universitas Kristen Petra (2013), Institut Pertanian Bogor (2063), Universitas Brawijaya (2152), Universitas Sebelas Maret (2159), Universitas Airlangga (2672), dan Universitas Padjadjaran (2730). Jadi, dimana kualitas Malaysia yang 'katanya' baik itu?

Mitos yang kedua adalah bahwa Malaysia menawarkan biaya hidup dan pendidikan yang murah dibandingkan negara-negara lain bahkan dibanding Indonesia, Jakarta contohnya. Memang beberapa lembaga survey menempatkan Kuala Lumpur di bawah Jakarta dalam The World Most Expensive Cities, namun itu semua tidak berlaku untuk biaya pendidikannya, sudah banyak orang yang mengatakan bahwa biaya pendidikan di Malaysia lebih mahal dibanding Indonesia apalagi jika dibandingkan dengan universitas negeri di Indonesia. Jadi untuk hal yang kedua ini bisa dibilang benar bisa juga tidak.

Mitos yang ketiga adalah Malaysia menawarkan pendidikan dengan bahasa Inggris yang menyebabkan seseorang bisa belajar bahasa Inggris dengan baik di Malaysia. Ternyata tidak juga. Hal prinsip yang menyebabkan seseorang bisa belajar suatu bahasa dengan cepat jika tinggal di suatu negara adalah dikarenakan seseorang tersebut 'dipaksa' oleh keadaan yang mengaharuskan dia untuk selalu belajar bahasa tanpa henti terlebih karena seluruh lingkungan mereka baik di rumah (tempat tinggal), sekolah, ataupun dunia luar menggunakan bahasa tersebut. Itu yang menyebabkan seseorang akan cepat dalam memelajari sebuah bahasa. Namun di Malaysia, bahasa Inggris hanya dipakai pada lingkungan akademis saja. Bahkan di luar kelas anda akan berkomunikasi dengan bahasa Melayu. Ini menyebabkan proses belajar bahasa Inggris di Malaysia tidak ada bedanya dengan mengikuti sekolah kelas-kelas internasional di Indonesia. Terlebih lagi dengan bahasa Inggris yang telah terpengaruh logat Melayu.

Mitos yang keempat adalah bahwa Malaysia memiliki budaya yang tidak begitu jauh dengan Indonesia. Memang budaya setempat Malaysia tidak begitu jauh dengan Indonesia, jadi Anda tidak akan mengalami culture shock yang biasa dialami siswa Indonesia di luar negeri,
tetapi ada budaya Malaysia yang jauh lebih buruk daripada itu, yaitu adalah budaya bangsa Malaysia yang suka merendahkan bangsa Indonesia. Telah menjadi hal yang biasa di Malaysia, warga Indonesia dihina dengan sebutan "indon" dan jangan kaget, Anda akan sangat sering mendapati hal ini di Malaysia. Tidak hanya itu, orang Malaysia juga sering melecehkan orang Indonesia baik secara fisik maupun mental, tidak hanya orang kebanyakan, bahkan polisi Malaysia juga sering melecehkan orang Indonesia, mulai dari memeras, memasukkan ke sel, sampai memukuli tanpa sebab dan alasan yang jelas.

Dari semua penjelasan di atas, apakah masih layak menempuh pendidikan di Malaysia? Semuanya tergantung kepada Anda. (NL)

Related Posts:

0 Response to "Menimba Pendidikan di Malaysia, Layakkah?"

Posting Komentar