Kecurangan dalam UAN, Cermin Masa Depan Indonesia yang Buruk

UAN atau Ujian Akhir Nasional adalah sebuah sarana bagi seorang pelajar untuk menentukan kemampuan mereka. Apakah mereka memenuhi standar sebagai lulusan SMA di Indonesia atau tidak. UAN memaksa seorang siswa untuk bekerja ekstra keras untuk meraih nilai yang mencukupi untuk memenuhi standar kelulusan. Setiap tahun pemerintah berusaha untuk menaikkan standar nilai UAN untuk mendapatkan lulusan-lulusan tingkat SMA yang semakin baik.

Namun timbul permasalahan ketika sistem UAN pertama kali dilaksanakan, yaitu banyaknya siswa yang tidak siap dengan UAN dan dinyatakan tidak lulus. Pada awal dilaksanakan UAN, luar biasa banyak siswa yang tidak lulus sampai Depdiknas terpaksa mengadakan ujian susulan bagi siswa yang tidak lulus. Dan banyak kasus dimana satu sekolah seluruh siswanya dinyatakan tidak lulus. Hal ini tentu menjadi ironi dalam dunia pendidikan Indonesia. Namun di atas itu semua, banyaknya siswa yang tidak lulus pada waktu awal UAN dicanangkan memang dapat dimaklumi karena memang standar UAN yang ditetapkan masih terlalu sulit untuk sekolah-sekolah dengan siswa yang tidak bergitu pintar.

Namun, satu tahun setelah UAN tersebut mulai dilaksanakan, pemerintah tetap bersikeras untuk menaikkan standar nilai kelulusan. Tetapi ternyata pada tahun itu jumlah kelulusan tidak sebanyak tahun sebelumnya. Namun muncul isu yang sangat pelik, yaitu kecurangan dalam UAN yang sangat merajalela. Bahkan setelah beberapa berjalan sistem UAN, kecurangan bukannya makin sedikit, malah makin merajalela. Mulai dari jual-beli soal, jual-beli jawaban, pihak guru yang memberikan kunci jawaban, sampai kecurangan seperti mencontek yang sangat banyak ditemukan.

Lalu dengan kecurangan yang merajalela tersebut, rangking rata-rata UAN per sekolah menjadi sangat tidak wajar. Di Jawa Barat contohnya, selama bertahun-tahun bahkan puluhan tahun, peringkat sekolah di Jawa Barat dipegang oleh sekolah ternama di Bandung seperti SMA Negeri 3 Bandung, SMA Negeri 5 Bandung, SMA Santo Aloysius 1 & 2 Bandung, dan SMA BPK Penabur 1 Bandung. Namun setelah diadakannya UAN, banyak bermunculan nama-nama sekolah yang sebelumnya tidak pernah diperhitungkan masuk ke dalam rangking teratas UAN Jawa Barat, bahkan menggeser sekolah-sekolah mapan di atas.

Begitu pula di tingkat nasional, ranking sekolah nasional yang biasanya dipegang sekolah-sekolah favorit seperti SMA BPK Penabur Jakarta, SMA Kanisius Jakarta, SMA Al-Azhar Jakarta, SMA Santo Aloysius Bandung, mulai tergeser oleh sekolah-sekolah yang tidak pernah terdengar sebelumnya.

Ada apa dengan semua ini? Tentu tidak perlu dijelaskan mengapa semua itu terjadi. Yang perlu dicermati dalam hal ini adalah, jika UAN dijadikan sebagai penentu kelulusan yang "pura-pura", lalu buat apa diadakan UAN di Indonesia ini? UAN hanya akan menjadikan seseorang yang tidak berusaha (berbuat curang) meraih nilai yang luar biasa sedangkan banyak orang di luar sana yang berjuang luar biasa untuk lulus. Tentu ini sangat tidak adil.

Herannya pemerintah dalam hal ini Depdiknas tidak pernah setidaknya memertanyakan mengapa sekolah-sekolah tersebut dapat memeroleh nilai yang luar biasa. Atau mengapa Depdiknas tidak pernah mengusut tuntas kecurangan-kecurangan tersebut. Tentu hal ini sangat disayangkan.

Jika kecurangan UAN ini masih terus berlanjut, masih relevankah UAN ini diadakan? Jika seseorang yang sebenarnya tidak mampu namun bisa lulus dengan kecurangan bahkan dengan nilai yang gemilang, mau jadi apa bangsa Indonesia ini? Tentu diketahui bahwa ijazah SMA dengan nilai-nilai yang tertera di dalamnya dapat menjadi pertimbangan seseorang dalam berbagai hal, mulai dari masuk perguruan tinggi, sampai dalam hal melamar kerja. Lalu jika memang semua nilai gemilang itu palsu dan sangat jauh dengan kualitas individu tersebut yang sebenarnya, apakah artinya?

Tentu jalan keluar dari semua masalah ini adalah dengan menghilangkan sistem UAN dan menggantinya dengan sistem kelulusan yang lebih baik. Atau jika pemerintah mampu membuat suatu sistem yang sangat meminimalisir kecurangan, barulah UAN layak untuk dilaksanakan. (NL)

Related Posts:

0 Response to "Kecurangan dalam UAN, Cermin Masa Depan Indonesia yang Buruk"

Posting Komentar